Selasa, 16 Oktober 2012

Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak



 Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak
Anak merupakan amanah bagi orang tua dan anak memiliki hati yang masih suci dari berbagai pengaruh, dengan keadaan yang sangat lemah ketika dilahirkan, maka sudah pasti tidak mungkin dapat hidup terus jika tidak mendapat pertolongan  dan pemeliharaan dari orang tua atau lingkungan.
Sebagai orang tua yang bertanggung jawab  pasti menghendaki anaknya menjadi orang yang berwatak baik dan berguna bagi masyarakat.  Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya sungguh besar tidak cukup hanya dengan memberi makan, minum dan pakaian tetapi orang tua wajib mendidik (memberikan pendidikan) kepada anaknya.
Pendidikan adalah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkemabnaganya ke arah kedewasaan. Anak harus dididik menjadi orang yang sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan. Orang dewasa adalah orang yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan, keindahan, keagamaan, kebenaran, dan sebagainya dan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma itu. (Ngalim Purwanto, 2007 : 19)
Memberikan pendidikan agama islam kepada anaknya tidak cukup hanya dengan memasukan anak ke dalam lembaga pendidikan tertentu, karena selain di sekolah anak juga harus mendapat pendidikan agama  dari keluarga.
Dalam pendidikan anak, kedua orangtua merupakan sosok manusia yang pertama kali dikenal anak, yang karenanya perilaku keduanya akan mewarnai proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya, sehingga factor keteladanan dari keduanya menjadi sangat diperlukan, karena apa yang didengar, dilihat dan dirasakan anak di dalam berinteraksi  dengan kedua orang tua akan sangat membekas dalam memori anak.
Kesadaran orang tua terhadap tanggung jawab dan peranannya sebagai pendidik yang pertama  dan utama sangatlah mempengaruhi perkembangan diri anak. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat juga merupakan pangkal dari terbentuknya masyarakat.  Oleh karena itu keluarga merupakan wadah yang pertama dan fundamental bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
keberhasilan belajar anaknya perlu adanya dorongan atau motivasi dari keluarga terutama orang tuanya sebagai pendidik yang utama.  Dalam makalah ini akan membahas tentang peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak.  Anak yang dimaksud dalam makalah ini adalah anak pada usia Sekolah Dasar (SD) yaitu mereka yang berusia 6,0 tahun sampai dengan 12 bulan.

PEMBAHASAN

A.    Orang Tua

1.      Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentang pengertian orang tua adalah ayah, ibu kandung. [1]
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menulis bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.  Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.[2]
Menurut Noer Aly orang tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya.  Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya.[3]
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang tua kandung atau wali yang mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan anak.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak pada kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya  memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.  Situasi pendidikan itu terwujud bekal adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua ibu dan ayah memegang peranan penting dan amat berpengaruh  atas pendidikan anak-anaknya.  Seorang ayah, di samping memiliki kewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya, dia juga berkewajiban untuk mencari tambahan ilmu bagi dirinya karena dengan ilmu-ilmu itu dia akan dapat membimbing dan mendidik diri sendiri dan keluarga menjadi lebih baik.  Demikian halnya dengan seorang ibu, di samping memiliki kewajiban dan pemeliharaan keluarga dia pun tetap memiliki kewajiban untuk mencari ilmu.  Hal itu karena ibulah yang selalu  dekat dengan anak-anaknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa  orang tua memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab memberi nafkah, mendidik, mengasuh, serta memelihara anaknya untuk mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan hidup anak di masa depan.  Atau dengan kata lain  bahwa orang tua  umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anaknya, karena tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua.

2.      Peran Orang Tua Dalam Pendidikan
Sebagai pemimpin dalam keluarga orang tua harus mendahulukan pendidikan dalam keluarganya agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang  tidak baik.  Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak-anaknya, di antaranya orang tua berperan sebagai :
a.       Pendidik (edukator)
Pendidik dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua, yang bertanggung jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi psikomotor.[4]
b.      Pendorong (motivator)
Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan.  Yang bisa  berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.  Dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat.[5]
Di sinilah orang tua berperan menumbuhkan motivasi atau rangsangan dari luar yang kemudian mampu secara alamiah menumbuhkan motivasi dari dalam diri anak tersebut.

c.       Fasilitator
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. [6]  Jadi orang tua  berkewajiban memenuhi fasilitas belajar agar proses belajar berjalan dengan lancar.
d.      Pembimbing
Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan fasilitas dan biaya sekolah saja.  Tetapi anak juga membutuhkan bimbingan dari orang tuanya.
Sekolah merupakan kegiatan yang berat dalam proses belajar banyak dijumpai kesulitan, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat.  Orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. [7]
Oleh sebab itu orang tua harus mempunyai waktu dalam mendampingi anak-anaknya.  Pada saat itulah anak diberi pengarahan dan nasehat agar lebih giat belajar.
3.      Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan
Orang tua bukan hanya menjadi bapak dan ibu bagi anak-anaknya tetapi juga menjadi pendidik yang bertanggung jawab  atas pendidikan anak-anaknya.
“The family is responsible for preparing the young child to live in society for teaching the child the language, the attitudes and some of the basic skills he or she will need”. [8]
“Keluarga bertanggung jawab  untuk mempersiapkan anak kecil untuk hidup di masyarakat untuk mengajari anak berbahasa, bersikap dan beberapa kemampuan dasar yang dia laki-laki atau perempuan butuhkan”.
Menurut Zakiah Daradjat tanggung jawab pendidikan Islam yang dibebankan orang tua sekurang-kurangnya adalah:
a.       Memelihara dan membesarkan anak.  Ini adalah bentuk yang paling sederhana  dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b.      Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dan tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.
c.       Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang akan dicapainya.
d.      Membahagiakan anak, baik dunia maupun akherat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.[9] 

Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga memiliki tanggung jawab terhadap anggota keluarganya.  Dalam hal ini orang tua berkewajiban memenuhi  kebutuhan pendidikan, sandang, pangan, papan dan kesehatan sehingga anak mampu untuk hidup sendiri.
من القو اعد التربوية المحمع عليهالدى علماء الاجتماع والنفس والتر بية تقوية الصلة ما بين المربي والولد ليتم القفاعل التربوي على احسن وجه ويكتمل التكوين العلمي والنفسي والحلقي على أنبل معنى!! ... [10]


“Di antara prinsip pendidikan yang telah disepakati para ahli ilmu sosial, ahli psikologi dan ilmu pendidikan adalah memperkuat hubungan antara pendidik dengan anak, agar interaksi edukatif dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.  Pembentukan intelektual, spiritual, dan moral dapat  berjalan sesempurna mungkin.
Orang tua sebagai pendidik harus senantiasa menjalin hubungan baik dengan anak agar tidak terdapat jurang pemisah dan jarak antara anak dengan orang tua sebagai pendidik sehingga pendidikan dapat tercapai dengan baik.  Orang tua hendaknya mencari cara-cara positif dalam menciptakan kecintaan anak, memperkuat hubungan, mengadakan kerjasama  antara mereka  dan menumbuhkan kasih sayang mereka.


B.     Motivasi Belajar Anak

1.      Motivasi Belajar
a.       Pengertian  Motivasi Belajar
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.  Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.[11]
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan  kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar.[12]  Keterangan di atas, ternyata motivasi memiliki posisi penentu bagi kegiatan hidup manusia dalam usaha mencapai cita-cita.  Oleh karena itu tanpa motivasi, proses belajar  tidak akan berjalan dengan baik.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.  Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.[13]  Sedangkan menurut WS. Winkel menjelaskan  bahwa, motivasi belajar adalah keseluruhan  daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menumbuhkan kegiatan belajar,  menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kepada kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. [14]
Dengan demikian, motivasi belajar  memegang peranan penting dalam memberikan semangat belajar sehingga anak akan memacu motivasi dan energinya untuk belajar.
b.      Fungsi Motivasi
Tanpa adanya motivasi (dorongan) usaha seseorang tidak akan dapat mencapai hasil yang baik, begitu juga sebaliknya.  Demikian juga  dalam mencapai hal belajar, belajar akan lebih baik jika selalu disertai dengan motivasi yang sungguh-sungguh.  Maka tidaklah mengherankan apabila ada seseorang yang mampu mencapai prestasi sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi mempunyai peran dan fungsi  yang sangat penting.  Di antara fungsi motivasi belajar adalah:
1)      Mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat, jadi berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2)      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah  perbuatan suatu tujuan dan cita-cita.
3)      Menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan mana yang harus  dilakukan, yang sesuai guna mencapai tujuan.[15]
Berdasarkan uraian  tersebut di atas maka dapat diketahui  bahwa fungsi motivasi dalam belajar  itu di samping memberikan dan menggugah minat dan semangat dalam belajar anak, juga akan membantu anak untuk memilih jalan atau tingkah laku yang mendukung pencapaian  tujuan belajar maupun tujuan hidupnya.
c.       Macam-macam motivasi belajar 
Kebanyakan para ahli membagi motivasi menjadi dua tipe umum yang kemudian lebih dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1)      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif  yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. [16]
Di sini individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh yang tidak dapat dilihat, karena sumber pendorong individu tersebut  untuk bertingkah laku berasal dari dalam dirinya.
2)      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. [17]
Dalam belajar, anak memerlukan perhatian dan pengarahan yang khusus dari orang tua, seringkali jika mereka tidak menerima umpan balik yang baik, berkenaan dengan hasil maka mereka akan menjadi lambat atau mereka menjadi malas belajar.
d.      Upaya menumbuhkan motivasi belajar
Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang optimal dalam belajar maka seorang  anak perlu mendapatkan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik.  Oleh karena itu hendaknya orang tua senantiasa memotivasi anak agar lebih giat dalam belajar.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di rumah, yaitu:
1)      Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong anak untuk lebih giat belajar.  Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri anak untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya akan terus meningkat.[18]
Seorang anak biasanya akan merasa malu apabila prestasinya merosot, oleh karena itu orang tua hendaknya jangan segan-segan untuk menanyakan hasil yang dicapai oleh anaknya.
2)      Memberikan hadiah dan hukuman
Metode pemberian hadiah (reward) dikatakan sebagai motivasi yaitu apabila hadiah tersebut disukai oleh anak sekalipun kecil/murah harganya.  Sebaliknya hadiah tidak akan disukai oleh anak apabila hadiah tersebut tidak disukai oleh anak atau anak tidak berbakat untuk suatu pekerjaan.
Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi anak yang tidak memiliki bakat menggambar.[19] 
Demikian halnya dengan hukuman-hukuman dapat menjadi reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana dapat menjadi alat motivasi.
3)      Menyediakan alat atau fasilitas yang dibutuhkan
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. [20]
Dengan demikian pula adanya kesediaan dari orang  tua untuk memenuhi kebutuhan fasilitas belajar anaknya dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

C.    Anak

Sebagaimana definisi anak secara umum, maka anak merupakan sekelompok manusia yang belum dewasa yang masih dalam taraf  perkembangan dan pertumbuhan sehingga memerlukan bimbingan dan pembinaan dari orang dewasa.
Anak merupakan makhluk yang masih terus tumbuh dan mengalami perkembangan, dan pertumbuhan serta perkembangan seorang anak tidak lepas dari peran orang tuanya.
Menurut pendapat Hohn Amos Comenius sebagaimana dikutip oleh M. Dalyono dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa  perkembangan pribadi manusia ditinjau dari teknis umum penyelenggaraan pendidikan terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1.      Tahap enam tahun pertama: tahap perkembangan fungsi pengindraan yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
2.      Tahap enam tahun kedua: tahap perkembangan ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisis lingkungannya.
3.      Tahap enam tahun  ketiga: tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta  menemukan hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
4.      Tahap enam tahun ke empat : tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, “self direction” dan “self controle”.
5.      Tahap kematangan pribadi: tahap dimana intelek memimpin perkembangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia. [21]

Masa  perkembangan intelektual pada masa anak bersekolah (7 s.d 12 tahun).  Beberapa ciri pribadi anak masa ini antara lain:
  1. Kritis dan realistis
  2. Banyak ingin tahu dan suka belajar
  3. Ada perhatian  terhadap hal-hal praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Mulai timbul minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu.
  5. Sampai umur 11 tahun anak suka minta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
  6. Setelah umur 11 tahun anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.
  7. Mendambakan angka-angka raport yang tinggi tanpa memikirkan tingkat prestasi belajarnya.
  8. Anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar. [22]
Adapun perlakuan pendidikan pada tahap perkembangan psikologis anak pada tahap perkembangan intelektual ini di antaranya :
1.      Memberi latihan berpikir
2.      Memberi pengalaman langsung
3.      Memberi motivasi intrinsik agar anak mau belajar  secara otoaktif

4.      Menggunakan evaluasi sebagai sarana motivasi belajar.
5.      Menggunakan evaluasi secara psikologis, adil dan fleksibel. [23]
Jadi orang tua sebagai pendidik harus memperhatikan perkembangan pribadi anak sebagai dasar penentuan pendidikan yang sesuai dengan periode atau tingkat usia kemampuan berfikir anak.

D.    Hubungan Antara Peran Orang Tua dengan Motivasi Belajar Anak

Untuk mendukung keberhasilan anak-anaknya keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam terutama  dalam memotivasi belajarnya.  Karena dengan motivasi yang besar dari orang tuanya maka anak akan termotivasi dalam belajarnya sehingga anak-anak semangat dalam belajar dan akhirnya akan memperoleh hasil yang memuaskan.
Motivasi belajar dari orang tua merupakan salah satu bentuk nyata pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan  anak-anaknya.  Menurut Sardiman motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat intelektual yang mempunyai peran menumbuhkan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar pada anak.  Dengan demikian, motivasi merupakan salah satu faktor  yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar anak.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak-anaknya di antaranya sebagai motivator.  Dalam hal ini orang tua harus senantiasa  memberikan dorongan kepada anaknya agar mempunyai semangat dalam belajar, khususnya dalam belajar di rumah sebagai penunjang keberhasilan prestasi di sekolahnya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan orang tua  dalam meningkatkan motivasi belajar  anak antara lain:
1.      Mengetahui hasil
2.      Memberikan hadiah dan hukuman
3.      Menyediakan alat atau fasilitas yang dibutuhkan.
Orang tua sebagai pendidik harus senantiasa memperhatikan perkembangan pribadi anak sebagai penentu dalam perlakuan pendidikan yang sesuai dengan periode atau tingkat usia serta kemampuan berfikir  anak.


DAFTAR PUSTAKA


Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam Juz II, Beirut: Darussalam
Depdikbud, 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Hery Noer Aly, 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos.
Judith Rich Harris Robert M. Liebert, 1984. The Child Development From Birth Throught Adolescence, New Jersey: Prentice Hall.
M. Ngalim Purwanto, 1995. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Ngalim Purwanto, 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Muhaimin, 2002, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M., 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel, 1987. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
Zakiah Daradjat, dkk, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.


 


[1] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 995.
[2] Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,  1992), hlm. 35.
[3] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 87.
[4] Noeng Muhadjir, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Rike Sarasin, 1993), hlm. 167.
[5] M Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 57.
[6] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 63.
[7] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,hlm. 64.
[8] Judith Rich Harris Robert M. Liebert, The Child Development From Birth Throught Adolescence, (New Jersey: Prentice Hall, 1984), hlm. 39.
[9] Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 35.
[10] Abdullah Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam Juz II, Beirut: Darussalam
[11] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 73.
[12] Ibid., hlm. 75
[13] Ibid., hlm. 75
[14] Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1987), hlm. 92.
[15] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 70-71.
[16] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 89
[17] Ibid.,hlm. 90.
[18] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 92
[19] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,hlm. 91
[20] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 63.
[21] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 101-102.
[22] Ibid.,hlm. 96-97
[23] Ibid.,hlm. 103.